SENDAL, GHASAB, DAN KEHILANGAN YANG TIDAK MENYEDIHKAN

Mungkin ini bukan sebuah kisah yang menyenangkan untuk diingat.
Menydihkan, gak terlalu juga.
Memalukan, pastinya

Ceritanya sih sederhana. Dimulai dari suatu hari
suatu waktu
suatu pagi
Waah... lelet banget nih mukaddimahnya. Ya udah, langsung aja.
Jadi ceritanya di hari yang cerah itu, ade pergi bersama anak2 FLP aceh lain ke sebuah acara. peresmian gedung escape building yang baru dibangun di Aceh. Acaranya seru banget (cukup deh, untuk anak2 FLP yang gak pergi: jangan ngiri!). Semua yang hadir kelihatan intelek. Ada wartawan, pengamat media, pegawai negeri, jurnalis asing, dll.
Di situ ada puisi dari anak-anak SD, tarian dari sanggar anak cacat, bahkan tarian aceh dari anak2 TK. Wah, seru banget! dilanjutkan dengan pameran, trus naik satu demi satu tangga hingga sampai ke atap gedung itu
Dari situ kami bisa melihat laut. Waah indahnya! subhanallah...

Sekedar informasi, gedung escape building itu dibangun di Uleelhee. Tepatnya di dekat kuburan massal, sebagai langkah evakuasi untuk keadaan bencana, terutama tsunami. dari tanya-tanya sih, gedung 4 lantai yang dibangun oleh BRR dan TDMRC (Tsunami & Disarter Mitigation Research Center) ini memang memiliki ketahanan luar biasa terhadap guncangan gempa dan hantaman gelombang. Jadi wajar jika gedung ini didirikan dekat sekali dengan laut. Mungkin hanya berkisar 100 meter dari pantai.

Tapi cerita kali ini bukan tentang gedung itu lho. sayang ade juga gak punya fotonya. yang ada cuma foto2 acaranya. Lihat aja di foto ya!

Kejadian yang memalukannya berawal dari waktu shalat ashar. dari insiden ada dari rombongan kami yang mendadak sakit, hingga mushalla yang dijadiin ruang pertemuan pejabat hingga tidak bisa digunakan untuk shalat lagi (soalnya kotor banget dan penuh bekas sepatu), akhirnya kami bisa shalat juga. Lalu waktu pulang... semua udah pake sepatu atawa sendal, ade baru nyadar SENDAL ADE HILANG!!!

Duh, masa sih di gedung yang baru dan dipenuhi orang2 intelektual, wartawan dan pejabat ada pencuri sendal sih. masya Allah...
Emang sih sendal ade tuh mirip sendal bapak2. Gak ada ciri2 bahwa tuh sendal punya cewek. Tapi kan kita tetap gak boleh nyuri sendal orang seenaknya! bahkan ghasab (minjam tanpa ijin) aja gak boleh kan?

Yang lebih memalukannya, kami jadi perhatian bapak2 petinggi TDMRC yang baru siap rapat dan mau pulang itu. Ditanyai macam2, kok bisa hilang sendalnya, duh... rasanya ade pingin ngilang!

Kan gak mungkin pulang tanpa sendal? masa ade harus nginap di sini semalam sih? hiks
Akhirnya datang seorang abang yang baik hati. Entah karena kasihan sama rombongan FLP yang udah keliatan capai, atau kasihan lihat wajah ade yang udah memelas, akhirnya tuh abang kasih pinjam sendalnya.
Well... itulah oleh2 dari peresmian escape building: sendal cowok hitam merek Bata (mungkin)
Sama rasa malu yang membukit
Dan hikmah
Ya, hikmah yang mungkin ade dapatkan dari perkataan seorang senior FLP, kak Mar, "Itu artinya, lain kali ade disuruh pake sendal cewek!"
Duuh... disuruh sama siapa nih?
Masa Allah ngurusin sendalku?

Eh, gak ding. Pasti Allah tahu sesuatu yang tidak ade ketahui dari hikmah memakai sendal cewek.

Mungkin...

Hmm... Sendal ade hilang, trus sekarang harus belajar pake sendal cewek?
Ngebayangin sendal berhak, bertali-tali, ribet waktu make, ribet waktu buka tuh sendal

TIDAAAK!!

Wah, tiba2 ade jadi ingat, masih harus balikin tuh sandal orang yang kemarin dipinjemin

5 pespektif Manusia, Oleh tentor bahasa Inggris

Suatu hari, aku dan Ririn, teman kecilku duduk di suatu tempat.

"Perspektif itu, dibagi 5." tuturnya memulai kuliah. Dengan terpukau, aku duduk mendengarkan.

"Yang pertama Biological perspektif. Artinya tuh asumsi mengenai psikologi manusia dari segi metabolismenya sebagai makhluk hidup. Mulai dari hormon yang dikeluarkan, cara kerja saraf-saraf, dan lain-lain." 

aku masih bergeming mendengar penjelasan siswa lulusan Meulborne (benar gak ejaannya?) ini.

"Yang kedua Kognitif perspektif. Asumsinya adalah manusia memiliki memori. Dan Itu dimulai dari suatu stimulan, lalu dengan adanya attention, maka...bla bla bla."

Hemm... aku manggut-manggut. Paham nih ceritanya...

"Yang ketiga Learning perspektif."

"Maksudnya rin?" Kejarku sambil menanti ia meneguk jusnya.

"Ibaratnya tuh, kita itu terbentuk dari apa yang kita pelajari. suatu yang sudah kita pelajari dari lama, membentuk psikologis kita. Disini ada peran reward dalam pembentukan pola."

"Misalnya anjing. Jika dalam seminggu ia diberi makan setelah membunyikan bel, maka selanjutnya si anjing akan mengasosiasikan bel dengan makanan. akibatnya ia akan menunjukkan reaksi psikologis yang berhubungan dengan makanan saat mendengarkan bel. walaupun makanannya gak ada."

Ririn berhenti sejenak. Menggigit burgernya. Setelah menelan, ia melanjutkan,

"Berikutnya adalah humanistic perspektif."

"Manusia." Sambungku cepat.

"YAp, maksudnya adalah setiap manusia memiliki free will. alias tanpa alasan. Semua yang dilakukannya tidak punya alasan. Hanya pilihannya sendiri."

Aku manggut-manggut lagi sampai kepalaku pusing. Wah, hebatnya penjelasan temanku ini.

"Yang terakhir Freud. Hmm... apa ya istilahnya?"

"Psychoanalisys." Aku menyahut asal-asalan. Agak kaget saat ia mengiyakan.

"Benar. Hanya istilahnya gak tepat gitu sih. Yang jelas, ia mengatakan bahwa psikologi manusia itu dibentuk di alam bawah sadar."

"Seperti anak yang mencintai ibunya?" Aku teringat kutipan tulisan Freud yang pernah kubaca. Ririn mengangguk, "Ya, semacam itulah. Oedipus juga termasuk contohnya."

Setelah itu perbincangan berlangsung singkat, dan kami pulang.

@@@

Hari itu banyak yang kudapatkan. Begitu banyak malah hingga aku tidak begitu mampu mencerna semuanya. STM (short time memory), LTM (long time memory), memori indra... sedikit banyak dari itu yang kuingat.

Suatu stimulan akan menghasilkan STM, lalu jika terus menerus diencodingkan, maka memori itu akan menetap dalam jangka panjang (LTM)

Satu kalimat itu terngiang-ngian terus di kepalaku. Encoding itu, dijelaskan oleh ririn, dapat berupa gambar, suara, atau bahkan imajinasi.

Apakah itu menjelaskan kepadaku mengenai banyak hal?

Mungkin, yang jelas aku teringat untuk tidak bermain-main dengan perasaan, imajinasi, dan pandangan.

Suatu memori yang terus mengalami pengulangan, akan menjadi prioritas dan menyingkirkan hal-hal lain.

Ucapannya memantul-mantul dalam memori indraku.

Bagaimana jika hal sia-sia yang lebih banyak diencoding? Seperti keinginanku terhadap foto "seseorang" yang digagalkan Allah. Bagaimana jika itu tidak gagal?

I think...

Hilangnya Foto "Pacar"ku

Bro B, begitu ade dan kak liza, kakak sepupu ade biasa menyebutnya.

Saat itu ade masih menjadi manusia yang gamang dan mudah putus asa. Hingga panah-panah setan begitu mudah hinggap. Jadi, saat ade melihat orang itu, rasanya ada hal aneh yang terlintas.

Saat itu ade masih baru mulai ngaji. Ngaji dalam arti yang sesungguhnya. Bukan lagi dengan kuping dan lisan, tapi juga dengan hati. Dan ikhwan yang bernama Bro B itu masih dapat membinarkan pandangan nafsu yang duduk di kelopak mata.

Bro B, begitu kami memanggilnya dalam tiap percakapan. Gosip... gosip. Sekedar girls talk. Yang sia-sia, tidak memiliki faedah di dunia dan di akhirat. Astaghfirullah...

Jadi hari itu ade iseng meminta teman ade, yang masuk dalam presidium pengurusan mushalla untuk memasukkan foto-foto kegiatan. Ia oke aja. Tetap berprasangka baik. Padahal ia sama sekali tidak tahu maksud ade. Dan maksud ade adalah...? Tentu tidak lain dan tidak bukan adalah melihat foto Bro B yang merupakan salah satu pengurus LDF.

Hiks... meski udah ngaji, ternyata ade masih aja suka bandel. Padahal aturan dalam Islam dalam masalah hubungan dan perasaan antar cewek cowok itu jelas banget. Jelas sejelas tiang listrik di siang hari atau lampu mescusuar di malam hari. Kecuali kalau lampu mescusuarnya putus. atau lampunya di cat hitam. Gak ada kata angan-angan dan rindu2 kecuali after married!

Anyway, ade yang sebenarnya udah berikrar dalam hati untuk memusnahkan rasa tentang Bro B ini, masih aja tergoda untuk melihatnya. Meski hanya lewat foto. Jadi dengan menahan rasa gembira khas bujukan setan, ade segera melompat ke depan komputer saat tiba di rumah. Yuppi! dapat juga fotonya! Horee,...! Si setan menang!!!

The disc is not formatted. To format it, press OK

Hah??? Apalagi ini?

Ade coba berkali-kali. Waah... tetap gagal! Tidak bisa!

Coba masukkin flash discnya di komputer punya orang tua... Lagi-lagi, peringatan error keluar. Dan akhir kata, ade terpaksa format flash discnya dan semua datanya... hilang.

Baik foto-foto Bro B, tulisan-tulisan, bahan kuliah, tugas kepanitiaan... semua lenyap.

Hiks... hiks... huaaaa!!!

Marah-marah, sempat nangis. Tapi dua menit kemudian... 

Ting!!!

"Jika kamu meninggalkan sesuatu yang haram bagimu, maka Allah akan menggantinya dengan yang halal."

Kata-kata hikmah itu tergiang-giang. Rasulullah telah mengetahui tentang akan adanya umat yang bandel seperti ade. Dan ia telah mengingatkan.

Hmm... terakhir bersyukur. Coba ade punya fotonya, mungkin rasa yang tidak halal ini akan makin punya potensi untuk tumbuh subur. Coba ade nyimpan fotonya di kamar misalnya, tiap lihat pasti timbul lagi angan-angan Syaitani.

Alhamdulillah... alhamdulillah...

Sudah lega. Selanjutnya ade mikir dan mendata ulang: berapa banyak data-data yang harus dimintai kopiannya kembali dari organisasi-organisasi atau orang-orang yang bersangkutan. Tidak banyak, hanya sekitar 2 GB

Tentu tanpa termasuk foto Bro B

Dari Penulis Bernilai 65

Pernahkah dalam hidup, kita merasa kagum pada manusia?

Pernahkah kita ragu untuk memilih suatu jalan?

Pernahkah kita ingin berhenti?

Hmm... ade pernah.

Baru-baru ini ade mengalah 3 fusion dari pertanyaan2 diatas. Dari rasa kagum, menjadi pilihan untuk melalui suatu jalan, hingga memutuskan untuk berhenti.

Mandek, pusing, bingung...

Semua pintu neuron sudah digedor

Tapi malaikat masih bisu

Senyap desah alam memanggil nafas yang tercekik

Tuhan, kataku

Apa yang membuatku memilihku untuk hidup???

Kenapa tidak Kau gunakan saja umur yang telah Kau anugerahkan padaku untuk menghidupkan Hasan Al-Banna 18 tahun lagi?

Ia lebih berguna dalam umurnya

Ia lebih mencintaiMu

Ia lebih sempurna sebagai hamba

Tapi apa yang membuatMu memilihku?

Hmm... adakah selain Tuhan yang tahu jawabnya? 

Tuhan tahu, tapi menunggu...

Kedokteran... Muara Benciku.

Jadi dokter, mungkin pilihan bagi banyak orang. Tapi tidak bagiku.

Kalau ada orang membaca tulisan ini, pasti aku dikatakan tidak bersyukur ya? atau mungkin dikatakan belagu. Semua orang mencoba masuk kedokteran. Tapi aku yang sudah dua semester di dalamnya tetap tidak dapat mencintainya?

Mengapa? Ya,mengapa?

Padahal menolong dan menyelamatkan manusia dari penderitaan itu adalah suatu kemuliaan tersendiri. Kemuliaan yang sangat besar.

Aku mencoba. Jujur, sungguh-sungguh mencoba untuk menjalani jalan ini dengan sepenuh hati. Aku mencoba membayangkan saat aku telah menjadi dokter. Aku dapat menyelamatkan jiwa manusia dari penderitaan.

Aku dapat menjaga kebahagiaan umat manusia.

Aku dapat... ah, banyak yang bisa kulakukan.

Tapi mengapa cinta itu tetap tidak datang? Jika saja aku bisa, ingin kutukarkan semua yang ada pada diriku dengan sesuatu yang membuatku dapat mencintai ilmu kedokteran.

Mengapa bayang-bayang dunia penuh konspirasi tetap memenuhi pikiranku? Mengapa aku tidak bisa seperti manusia lain? Tidak memberontak dan patuh pada apa yang dijalani.

Tidak. aku tidak bisa. Dan memang tidak akan pernah bisa. Sebab aku bukan manusia lain.

Aku hanya ingin menenangkan sedikit keliaran jiwaku. Agar aku tidak melenceng dari jalanku. Aku ingin lebih mencintai kata-kata bedah, neoplasma, infark... dan mengenal dr. Boyke, Sihombing, Sheerwood... ketimbang mencintai kata-kata pluralisme, kontekstual, filsafat, revolusi... ketimbang mengenal Osama bin Laden, Che Guavera, ahmadinejad...

Terkadang hatiku berbisik untuk memilih jalanku. Ke kiri itu seksi. Ke kanan itu Busuk. aku harus beristighfar berkali-kali.

Mengapa aku selalu memilih berkawan dengan setan?

Bisakah aku bangga dengan gelar dokter yang kelak akan disandangkan padaku?

Bisakah aku bahagia dengan stetoskop, tensimeter, dan jarum suntik? Kemana aku harus melangkah?

Sujud-sujudku selalu terganjal dengan pertanyaan. Sampai kapan?

Kiri Itu Seksi!!!

Dulu, di suatu waktu di masa lalu, aku pernah berpikir.

Juga bercita-cita. Juga bertanya.

Pertanyaan khas Karl Marx dan kawan-kawan, "Mengapa di dunia ini ada orang kaya dan orang miskin? mengapa orang kaya semakin kaya dan orang miskin semakin miskin?"

Semua terus saja kutanyakan, berulang-ulang. Dalam akalku yang dangkal, tiap orang mestinya punya takdir yang berdekatan. Terutama dalam masalah ekonomi. Ketidakadilan banyak menimpa orang yang tidak punya cukup uang. Sedang orang yang hidup dalam kelimpahan harta biasanya lebih terlindung.

Aku benci melihat deretan pengungsi Ethiopia, barisan buruh yang hanya dibayar 2ribu per hari dengan sistem kerja yang sangat berat, dan anak-anak busung lapar yang menyendok sisa-sisa sagu yang dicairkan. Bagiku dunia seharusnya tidak seperti itu.

Pertanyaan dan semua cita-citaku ini menuntunku lebih jauh pada satu titik: paham sosialis komunis.

Jika kuingat kembali masa itu, aku yang hanya seorang kutu buku pernah punya obsesi tinggi untuk merubah dunia. Obsesi yang hampir menjauhkanku dari akhirat dan menjadikanku murid Che Guavera: "Kiri itu Seksi!"

Well... setidaknya aku selamat.

Mau tahu ceritanya? Hmm... mungkin lain kali.

Cuap-cuap Mahasiswa FK (Fakultas Kehidupan)

Assalamu'alaikum...

Alhamdulillah... setelah sekian lama (seminggu???) gak nulis di blog, akhirnya bisa welcome back juga. 

Bukan sibuk sih. cuma akhir2 ni aku ingin konsentrasi lebih ke OSCE, akhirnya setelah melalui kengerian dalam ruangan berkubang darah dan kamar urin, aku bisa menghirup nafas dengan lebih lega.

Yang mengiriskan, saat aku melihat dunia luar setelah sekian lama terpuruk dalam lilitan bandage, sarung tangan karet, alkohol, darah, dan buku-buku, daku melihat dunia ini tidak menjadi lebih baik.

Dunia masih saja dipenuhi kemiskinan, kezaliman, penggusuran, keangkuhan kapitalis... Lalu saat aku melihat "istana kapitalis" simpang lima banda aceh, berpadu kontras dengan tramtib yang sibuk mengusur warung-warung di pinggira jalan, aku teringat sebuah kalimat.

"Jika pemimpin telah zalim, maka keberkahan akan hilang dari negeri itu."

Aku merinding. menutup mata. Padahal hari ini bukan tanggal 26 Desember, tapi bumi Aceh seolah masih gempa.

Innocent letter from "Anak Kecil"

SURAT BUAT IBU NEGARA

Kepada Yang Terhormat
Presiden Republik Indonesia
Megawati
Di Istana

Assalaamualaikum.
Ibu Mega, apa kabar?
Aku harap ibu baik-baik seperti aku saat ini.
Ibu, di kelas badanku paling tinggi.
Cita-citaku juga tinggi.
Aku mau jadi presiden.
Tapi baik.
Presiden yang pintar,
bisa buat komputer sendiri.
Yang tegas sekali.
Bisa bicara 10 bahasa.
Presiden yang dicintai orang-orang.
Kalau meninggal masuk surga.

Ibu sayang,
Bunda pernah cerita
tentang Umar sahabat Nabi Muhammad.
Dia itu pemimpin.
Umar suka jalan-jalan
ke tempat yang banyak orang miskinnya.
Tapi orang-orang tidak tahu kalau itu Umar.
Soalnya Umar menyamar.
Umar juga tidak bawa pengawal.
Umar jadi tahu
kalau ada orang yang kesusahan di negerinya
Dia bisa cepat menolong.

Kalau jadi presiden
aku juga mau seperti Umar.
Tapi masih lama sekali.
Harus sudah tua dan kalau dipilih orang.
Jadi aku mengirim surat ini
Mau mengajak ibu menyamar.
Malam-malam kita bisa pergi
ke tempat yang banyak orang miskinnya.
Pakai baju robek dan jelek.
Muka dibuat kotor.
Kita dengar kesusahan rakyat.
Terus kita tolong.

Tapi ibu jangan bawa pengawal.
Jangan bilang-bilang.
Kita tidak usah pergi jauh-jauh.
Di dekat rumahku juga banyak anak jalanan.
Mereka mengamen mengemis.
Tidak ada bapak ibunya.
Terus banyak orang jahat
minta duit dari anak-anak kecil.
Kasihan.

Ibu Presiden,
kalau mau, ibu balas surat aku ya.
Jangan ketahuan pengawal
nanti ibu tidak boleh pergi.
Aku yang jaga
supaya ibu tidak diganggu orang.
Ibu jangan takut.
Presiden kan punya baju tidak mempan peluru.
Ada kan seperti di filem?
Pakai saja.
Ibu juga bisa kurus
kalau jalan kaki terus.
Tapi tidak apa.
Sehat.
Jadi ibu bisa kenal orang-orang miskin
di negara Indonesia.
bisa tahu sendiri
tidak usah tunggu laporan
karena sering ada korupsi.

Sudah dulu ya.
Ibu jangan marah ya.
Kalau tidak senang
aku jangan dipenjara ya.
Terimakasih.

Dari
Abdurahman Faiz
Kelas II SDN 02 Cipayung Jakarta Timur


ketika saya membaca surat ini, rasanya ada perasaan lain yang menyusup. Haru, aneh, sedih, gembira...

Haru akan keberanian anak ini mengungkapkan keinginannya dengan bahasa yang polos. Keinginan yang jika terwujud, maka Indonesia akan berubah.

Aneh, sebab ketika kecil, saya gak pernah mikir sejauh ini! Paling mikir, "Iihh... ribet banget sih jadi orang dewasa."

Sedih, sebab saya ngebayangin, jika saja semua anak Indonesia sekreatif ini sejak kecil, maka Indonesia pasti gak bakal seancur ini. Sebab para pemimpin malu ditegur dengan kepolosan anak-anak ini.

Gembira... sebab sekarang saya terbangun dari kepesimisan dan dapat melihat harapan :Masa depan Indonesia belum sepenuhnya hancur! Ada harapan...

Yes, any hope there...


Islam belum KALAH!!!

Islam sudah kalah?
Belum.
Di Belanda misalnya, dengan adanya film Fitna, maka opini dunia menegaskan kebencian Belanda terhadap Islam.
Padahal, faktanya tidak demikian. Film itu dapat dikatakan tidak mewakili siapapun, kelompok manapun, dan ras apapun. Film itu hanya mewakili satu orang, yah katakanlah si pembuatnya.
Info lebih lanjut dapat dilihat di sini: http://www.dakwatuna.com/2008/di-eropa-al-quran-paling-laris/

Yah, setidaknya hal ini cukup melegakan. Kita belum kalah! yah, ditengah badai kepesimisan akan nasib Islam, mungkin terkadang kita lupa. Bahwa Islam bukan ciptaan manusia, dan bukan manusia yang menjaganya. Mungkin kita harus mengenang sesosok manusia dari tanah Arab, yang ketika Ka'bah akan diserang oleh puluhan gajah, ia malah apatis dan sibuk dengan harta kekayaannya sendiri. Saat ditanya, ia hanya menjawab, "Allah yang akan menjaganya..."

Islam tidak akan kalah, pasti...