Bahagia tanpa Menikah

Cantik, sebuah pujian yang terdengar indah di telinga makhluk bernama perempuan.

"Kamu cantik sekali hari ini..."

Dan hati seorang perempuan pun melambung.

Lantas, apakah seorang perempuan hanya dapat dikatakan cantik.

Bagaimana dengan pintar, shalihah, sopan?

"Anak perempuan tidak perlu sekolah tinggi2, nanti susah jodoh."

Aah...apakah hidup seorang perempuan hanya untuk mencari jodoh!

"De, kalo aku jadi cewek pinter pasti banyak yang suka ya!" (katanya bercanda)

Duuh...emang jadi pinter itu hanya untuk dapat cowok keren?

Perempuan, wanita, cewek, akhwat, apapun sebutannya, tidakkah mereka adalah makhluk mulia yang telah Allah ciptakan?

ada keindahannya yang menjadi ujian. Tapi apakah seorang perempuan itu hanya berharga dari penampilannya? Tidakkah ia juga berhak untuk mengembangkan kemampuan dan pemikirannya?

"Gak takut jadi perawan tua?" Itu pertanyaan yang sering terlontar ke seorang perempuan. Tapi jarang kan ada pertanyaan serupa ditujukan ke kaum laki2?

Allah...

tanpa bermaksud memojokkan satu jenis yang manapun dari ciptaan Allah, kadang kala hati ini perih saat melihat perempuan2 shalihah dengan segenap kelebihan yang Allah berikan pada mereka,belum juga mendapat jodoh hingga senja, masih harus menanggung label 'perawan tua' yang dilekatkan oleh masyarakat.

Tidakkah mereka berhak bahagia dengan kesendirian mereka? TAnpa diganggu dan dihakimi dengan label "tidak laku"

Sebab hidup seorang perempuan tidaklah sekedar untuk menikah. Sebagaimana laki2, ia tetap punya kewajiban untuk mengaktualisasikan kemampuannya demi kemashalatan umat, menikah maupun tidak.

Hidup seorang perempuan bukan sekedar untuk menikah. Sebab pernikahan hanyalah sebuah proses, bukan tujuan akhir.

Dan siapapun dia, perempuan maupun laki-laki, menikah tidak menikah, berhak bahagia..

Cercalah agar Aku kuat

Kenapa harus selalu peduli dengan apa yang orang lain katakan tentang dirimu?

***

Aku bukanlah orang yang kuat. Dan aku sadar benar akan kelemahanku ini.

Karena aku selalu terlindungi oleh cangkang halus yang melingkupiku.

Dari orang tua, kakakku satu2nya, dan orang-orang lain di sekitarku.

Saat aku terancam oleh sesuatu, pelindungku ini akan bergerak. Seolah tak ada satupun di dunia ini yang bisa menyakitiku. Meski sebenarnya bisa jika Allah berkehendak.

Mungkin karena terlalu dilindungi, maka aku menjadi orang yang lemah. Aku tidak siap dengan serangan dalam bentuk apapun. Sehingga dalam kehidupan aku lebih banyak diam. Cari aman.

Hal ini juga yang membuatku memilih dunia kepenulisan. Dalam benakku, menjadi penulis memisahkan aku dari banyak orang hingga aku akan selalu aman. Aman dari cacian,serangan, dan hal-hal yang menakutkan hati.

Tapi apa yang dapat kukatakan saat kenyataan menjadi berbeda?

suatu tulisanku yang dimuat di harian lokal, menjadi sasaran caci maki dari banyak pihak. lengkapnya bisa dilihat di sini.

Rata-rata orang yang membaca tulisan itu menghujatku. Mengataiku sebagai orang picik, manusia dangkal, orang yang ngasal cuap-cuap, dsb. Benar2 mengagetkan. Tanganku langsung panas dingin, dan sejak itu...

aku memilih diam.

Diam itu nyaman,sangat nyaman malah. 

Tapi aku tidak bisa diam untuk selamanya. Tidak. Terutama saat aku mendengar kata2 Hellen Keller di telingaku, "I'm one. and i'm still one. I can do something, but i can't do everything. So i won't refuse something that i can do."

Dan seseorang menyebutku orang yang picik saat aku mulai bicara lagi.

Biarlah, setelah kupikirkan. Banyak orang yang mengalami hal yang sama. Saat kubuka situs Seno Gumira Adjidarma, kulihat banyak orang yang mencercanya dengan sangat kasar juga.

Lalu kurenungkan.

Ah manusia! Tak ada habisnya untuk dimengerti.

Sebagaimana kisah ayah-anak yang membawa keledai, aku tidak harus memanggul keledaiku untuk memenuhi keinginan orang-orang kan? biar saja mereka dengan opininya!

Terlalu mencintai, sehingga bersalah?

Telalu mencintai, hingga jadi bersalah? 

Ehmm...banyak kisah cinta di sekitar kita. Sebagian besar beraroma sufistik, penghambaan pada Illahi Rabbi. Yang jika diamati terlihat bercahaya, dan jika didekati memberikan wangian kasturi, wangian surga.

Ada juga kisah cinta yang indifferent, acuh tak acuh. Tapi cinta itu ada. Bersemi indah, tapi dalam rasa malu yang sangat. Dan ketakutan yang amat akan kehilangan cinta. Maka cinta itu hanya menjadi suatu kisah yang singkat.

Ada cinta yang menyakiti, cintanya manusia pengidap sadisme, cintanya orang masochist*, cinta yang obsesif, cinta yang posesif...semua bentuk dari cinta itu tidaklah selalu berbentuk jantung, seperti yang banyak disebutkan manusia dari jaman baheula, "I love you with all my heart." yang latah diartikan oleh orang Indonesia dengan "Aku mencintaimu sepenuh hatiku." Padahal heart ini jantung, bukan hati. TAPi biarlah kesalahan berbahasa ini tak udah terlalu saya ungkit

dan satu kisah yang memilukan datang dari memori masa lampau.

***

"De, aku mau mati aja."

aku terdiam,"Becanda ya Ndin?" *Note: bukan nama asli.

"Enggak ade, kemarin aku baru menelan obat penenang, 15 butir."

Kutatap matanya. Ada mata gadis yang menderita dalam cinta. Ada seseorang yang terlalu mencintai, hingga ia bahkan tega menyakiti dirinya, karena cinta yang tersia-sia."

"Alhamdulillah Allah masih memberiku kehidupan. Tapi..." Sinar wajahnya meredup,"Aku gak bisa melupakannya."

Dialog panjang kami masih berlangsung. SEmua khas hati yang patah. Ada tangis, kesenduan, kebimbangan, kehilangan arah.

"Ade, aku kapok pacaran. Ini untuk yang terakhir kalinya, titik!"

aku menatap matanya dalam-dalam. sambil menyimpan sebaris doa dalam hatiku untuknya.

Lalu, apa yang harus kukatakan saat perjumpaan terakhir kami yang entah, justru memberiku kabar tentang ia dan pacar barunya?

"Yang terakhir. Aku akan nikah sama dia." katanya mantap. Lagi-lagi aku menyimpan satu do'a.

Pernikahan itu tidak pernah terjadi.

Hingga saat ini, sudah lama aku tidak mendengar kabarnya. Aku bahkan tidak tahu, di bumi manakah ia sudah berada. Entah kenapa, tiba-tiba aku mengingatnya. Dan lagi-lagi, aku masih menyimpan doa untuknya. Tidak hanya satu, tapi beberapa.

Cinta apakah yang dimilikinya?

Entahlah, aku hanya berharap, ia tidak akan pernah kehilangan cinta sejati yang semestinya bisa dimilikinya. Hingga saat itu tiba, biarlah aku tetap menuliskan tentang cinta itu dan menyimpan banyak doa untuk Andin, dan sejuta sahabat2 ku, dimanapun mereka berada.

Agar cinta, tetap menyentuh mereka dalam kebahagiaan yang hakiki.

Endless...

Selamanya...

Catatan singkat dari Hati

Aku adalah ***singkat

Bukan siapa-siapa

Layaknya sebuah irama

Satu...

Dua...

Tiga...

Hingga aku mendengar

Tuhan mengetahuiku dari malaikatNya

Sebab aku tidak sepenting itu di mataNya

Tapi aku ingin mengenalNya, tanpa perantaraan malaikatNya

Sebab aku ingin Dia

Sangat menginginkanNya

Meski tanganku tinggal sepotong

Aku akan tetap menginginkanNya...

*Diary Sunyi dari seorang hamba yang tidak pernah mengenal dirinya...

Kebahagiaan yang sebenarnya sederhana

Kebahagiaan?

Berkali-kali orang bicara tentang bahagia.

Tapi kebahagiaan yang sesungguhnya tidak ada yang benar-benar tahu. Sebab bahagia bukanlah puisi. Bahagia bukan menyangkut jumlah uang, barang, bahkan relasi.

Kebahagiaan adalah menyangkut hal2 sederhana, tapi menopang hidup manusia.

Bahkan hal-hal kecil semisal senyuman, bau bunga kemuning di tepi jalan, suara hujan di luar jendela, bahkan sekedar belaian lembut angin di wajah selepas masalah sehari2 melanda, dapat menjadi bahagia.

Bahagia, semua orang ingin bahagia.

Bahagia bukanlah sekedar senyuman. Tapi juga tangis, kecewa, gagal, bahkan putus asa.

Semua dapat menjadi bahagia dengan barakah.

Ya, barakah.

Maka sambutlah barakah dan berbahagialah!

Dan barakah bukan sekedar milik pengantin baru, seperti doa yang sering disebutkan

Barakallah 'alaikum...