Love will set you free...

Love will set you free...

Benarkah?

Lalu apa yang dapat dikatakan, saat cinta mengukung dengan sedekimian hebatnya, hingga terasa menyakiti?

Ketika cinta berpaling,maka siapakah yang paling merasa sakit?

Tentunya yang mencintai, dan bukannya yang dicintai.

Maka dimanakah: Love will set you free?

Tidak ada perasaan merdeka yang benar-benar dalam suatu cinta. Selalu ada rasa cemburu, resah, kebosanan,dan curiga.

Love will set you free?

Free?

Mungkin, hanya ada satu cinta yang akan selalu membebaskan. Dan itulah cinta yang benar2 hakiki.  Cinta pada Illahi Rabbi. Yang akan membebaskan. Dan selalu indah, bahkan sebelum waktunya benar-benar indah.

Love will set you free...

Believe?

Insya Allah...

Kapan Kakiku Menginjak Surga???

Lelah...

Tapi kapan waktunya

bagi seorang muslim

untuk beristirahat?

Imam Ahmad bin Hanbal dengan tenang menjawabnya

"Ketika kakinya menginjak surga."

Hmm...begitulah hidup. Boleh curhat sedikit? Tidak bolehpun,aku tetap curhat. Kan di blog pribadi nih.

Rasanya, hidup semakin sesak. Amanah bertumpuk, berjejalan nyaris keluar dari sistem persarafan. Luber ke jantung.

Di CIMSA, ada amanah untuk jadi Sub Unit Penyuluhan Malaria ke sekolah2. Acaranya memang masih lama, tapi persiapannya udah dimulai dari sekarang.

Di FLP, ada seabrek tanggung jawab: mading, buletin DZero yang belum diprint sampai sekarang, padahal harusnya terbit bulan November

Di Lembaga Dakwah kampus, Asy-Syifaa', ada amanah untuk menjadi penanggung jawab mading. yang sedang macet karena anggotanya pada sibuk.

Di kepanitaan ini itu, ada segudang pekerjaan yang menunggu. 

Tanggal 13 bulan ini, ujian blok Jantung dan Pembuluh darah.

Ini capek fisik dan otak. Secara ruhiyah:

Kemarin baru 'nyaris' bertengkar dengan seorang teman baik karena persoalan yang sebenarnya tak perlu dipertengkarkan (beda pendapat, boleh kan?)

Hafalan Qur'an udah berhenti entah dimana.

Amalan2 udah terbang ke langit, yang di bumi entah apa.

Dsb, dll, dst...

Pada akhirnya

Hasbiyallahu wa ni'mal maula wa ni'mal wakiil...

Cukuplah Allah sebagai pelindung

Sentuhlah Dia Tepat di Hatinya

Seorang dosenku pernah berkata,"Bukan hi-tech masalah kita. Tapi Hi-Touch."

Touch. Sentuhan.

Ya,semakin lama,saat jaman bergeser ke arah kemajuan,

semakin canggih teknologi kita,

maka ada yang semakin hilang.

Perhatian yang semakin berkurang...

Dan sentuhan pada manusia...

Dosen ini bercerita tentang suatu kasus di rumah sakit. Saat ini teknologi dalam bidang pengobatan tengah berkembang dengan pesatnya, dan banyak peralatan medis yang dapat dioperasikan otomatis. Dengan satu tombol, data tentang tekanan darah pasien, denyut nadi,suhu tubuh dan sebagainya dapat terukur. Cepat dan akurat. Dokter tidak lagi harus menjelajahi satu lengan pasien untuk mencari denyut nadi. Tidak perlu lagi meraba dahi pasien untuk merasakan suhu tubuh. Semua dapat dilakukan dengan satu tombol.

ya, hanya dengan satu tombol.

Tapi apa yang terjadi?

Suatu hari alat pengukur tekanan darah di rumah sakit itu rusak, dan dokter ini tidak diberitahu. Dia datang pagi-pagi dan langsung dihadapkan dengan pasien. Sedikit menekan tombol, dia telah mendapatkan data tekanan darah, denyut nadi,dll dari si pasien. Semua terlihat normal. 

Hanya beberapa waktu berselang, pasien tersebut meninggal dunia. Dan sang dokter baru diberitahu bahwa alat tersebut rusak setelahnya.

See?

Dalam dunia kesehatan, masalah tekanan darah adalah suatu masalah yang memilki urgensi sangat tinggi. Tekanan darah yang tidak terkendali, merupakan suatu gejala gangguan sistem kardiovaskular (jantung-pembuluh darah). bicara tentang jantung dan pembuluh darah, maka itu adalah pekerjaan kedaruratan dimana nyawa manusia dipertaruhkan. Ketepatan yang dibutuhkan menyangkut menit. Dalam 4 menit jantung berhenti, kematian sel-sel otak (biologis) terjadi, pasien lewat. Dalam 4 menit atau maksimal 6 menit, sebuah keluarga dapat kehilangan orang-orang yang dia cintai.

Mungkin sedikit sentuhan bisa menyelesaikan segalanya. Tanpa bermaksud berandai-andai, jika si dokter ini sempat sedikit saja meraba pergelangan tangan pasien ini, dia akan tahu bahwa denyut nadinya abnormal. Tindakan kedaruratan dapat segera dilakukan dan pasien ini akan dapat melewati krisis. Tapi ia tidak melakukannya. Dan ini salah.

Dan berapa banyak sentuhan dalam hidup yang dapat menyelamatkan nyawa seseorang?

Bahkan yang bukan dokter pun dapat melakukannya.

Dalam insidensi kasus bunuh diri di kota-kota besar, sebagian orang yang melakukannya adalah orang-orang yang kesepian. Bagaimana seseorang dapat merasa sepi?

Saat hidupnya sepi dari sentuhan, bahkan sentuhan verbal.

Saya ingat sebuah kisah di Chicken Soup for Teen Soul,

Seorang siswi SMU yang tengah mengalami depresi hebat memutuskan untuk bunuh diri. Di malam tahun baru, di saat kedua orang tuanya keluar rumah untuk menghadiri sebuah acara, dia memutuskan bunuh diri dengan cara terjun dari jembatan.

Nah, dia keluar rumah dengan hati hancur. Sebelum mati, ia ingin meninggalkan surat untuk orang tuanya. Maka ia membuka kotak surat.

Di dalamnya ada beberapa surat, dan salah satu surat itu ditujukan untuknya.

Jantungnya berdentang-dentang seperti bunyi bel raksasa. Seumur hidup dia tidak punya teman, dan tidak ada yang bicara dengan tulus padanya, apalagi menulis surat.

Isi suratnya sederhana: tawaran untuk berteman.

Dan dia masuk ke rumahnya. Hari itu, ia memutuskan untuk tetap hidup.

See again?

Ada sentuhan verbal di sana. Sentuhan yang membawa "kehidupan" bagi manusia lain. Dan yang bukan dokter pun dapat melakukannya.

Siapa saja dapat melakukannya.

Jadi, sentuhlah orang-orang yang ada di dekatmu. Karena satu sentuhan dapat membwakan makna yang begitu besar dalam hidup.

Bukan Sekedar Mencari Jodoh

Bukan salah saya, jika saya selalu saja bertemu dengan orang-orang yang mencari jodohnya di dunia maya. Seperti seseorang teman di YM yang terpaksa saya offline kan untuk selamanya. 

sebenarnya bukan karena dia asyik bicara tentang nikah aja sih, tapi karena dalam pembicaraan kami yang terasa sangat mendzalimi (soalnya saya hanya boleh dengar, gak boleh ikutan komentar ataupun mengganti topik) dan berdurasi nyaris 2 jam itu, dia memaksa saya menerima semua ide2nya.

Saya: Tapi kan.. (pertama)

Teman: kamu kok gitu sih? (kayak lagu.hehe) masa kamu mikir gitu

Saya: bukan gitu, tapi...(masih sabar)

Teman: eh,pikiran kamu kok sempit banget.

Saya:(mulai naik pitam)saya kan berhak ngasih pendapat juga (udah di perbatasan kesabaran)

Teman: emang susah kalau cewek pikiran sempit

AAargh... Astaghfirullah... Kesaaaal! kesal banget. Trus ngobrolnya gak boleh diganti topik. harus soal nikah terus. Sampai saya tanya,

Saya: kamu kok suka banget ngobrol soal nikah?

Teman: kan sunnah rasul

Saya: tapi kan gak harus mikirin itu terus 24 jam?

Teman: tapi itu kan urgen banget

Saya: iya, tapi ada hal2 penting lain yang bisa diomongin kan

Teman: emang kamu mau bilang masalah nikah ini gak penting?

Gubrak dot com deh. Plis...masalah nikah emang penting. Urgen juga. Umat ini perlu regenerasi, penerus estafet dakwah yang berkelanjutan. Tapi,menjadikan nikah sebagai satu2nya topik yang pantas dan harus dibicarakan, sehingga mengesampingkan hal2 lain yang tak kalah pentingnya (seperti perasaan lawan bicara yang emosinya udah naik ke ubun2), apa tidak menunjukkan kemandekan pikiran?

Hufff...Capek banget

trus pas saya iseng tanya

Saya: emang gimana cara cari jodoh yang tepat

Teman: ya seperti ini. Ngobrol, trus kenalan (kebalik ya?) setelah itu difollow up

Jadi...dari tadi dia mau ngobrol sama saya untuk evaluasi calon istri?

TIDAAAAK!

Langsung saya permisi, dan say goodbye forever.

Ya Allah....itu momen paling mengherankan dan ngeselin dalam hidup saya.

Yang menjadi bahan pemikiran setelah itu, berapa banyak orang seperti Teman saya yang baik itu? Mungkin dia bukanlah orang pertama. Mungkin dia juga tidak sendiri. Ada banyak orang yang ikhtiar mencari jodoh dari depan komputer mereka. Salahkah itu? Entahlah. Mungkin karena keyakinan saya tentang asal usul jodoh masih sangat idealis sekali, jadi saya merasa tidak berhak menghakimi Teman saya itu,dan orang2 yang seperti dia. Meski agak gerah juga. Karena tujuan saya menjelajahi dunia maya lebih ke petualangan mencari ilmu, hikmah, dan ukhuwah yang berserakan, kehadiran orang2 seperti Teman saya yang baik itu menjadi batu kerikil yang harus diwaspadai (maaf ya kalau agak kasar).

Dan dimanapun ada adab dalam melakukan segala sesuatu.

Karena di dunia maya seperti ini pun, hukum Allah tetap berlaku kan? Meski di YM kita dapat ngobrol secara privat dengan siapapun, dengan gaya bahasa separah apapun, dan pikiran bahwa tdak ada yang melihat, hukum Allah masih tetap berlaku. Dia melihat setiap kata yang kita ketikkan di layar, tiap foto atau gambar yang kita privatekan di FS, dan semuanya...

JAdi, jangan merasa Aman dari perhitunganNya!

Wallahua'lam

Astaghfirullah..