Kota Tanpa Hati Nurani

Hati nurani, mungkin hal itu telah lama menghilang di kota ini.
Begitu biasa melihat banyak orang yang tabrakan di perempatan lampu merah atau di putaran balik, menarik nafas sejenak, beristighfar...
Lalu selanjutnya lupa akan leleran darah dan serpih kaca lampu yang bertebaran

juga hewan yang tertabrak, kucing yang menggelepar di jalan dengan usus terburai. Lalu dilindas berkali-kali oleh sedan, motor, dan becak yang sarat muatan.
Kambing dengan otak berhamburan, karena dilindas oleh mobil brimob
Orang-orang yang tak perduli, hanya melirik, lalu kembali hilir mudik dengan pikiran penuh agenda hari itu

juga saat menyeberang jalan
tidak ada yang tergerak untuk melambatkan kendaraan, memberi kesempatan pada si tua untuk sampai duluan
yang ada hanya ego
keinginan untuk terus melaju

tidak banyak hati nurani di kota ini
tidak banyak yang tersisa
mungkin Aceh ini telah lama mati saat konflik
dan bahkan, hanya zombie yang telah bangkit dari nestapa tsunami

Mengenang Aceh yang semakin kehilangan kemanusiaannya

*
Gambar diambil dari: http://daraimut.files.wordpress.com/2009/04/broken-heart-divorce.jpg

Dengarkan, Selamatkan Hidupnya

Saat ingin didengar,

tidak banyak orang di dunia ini ternyata yang bersedia mendengarkan

Mengapa? sebab mendengarkan ternyata tidak semudah yang diduga
karena mulut begitu aktif
Lidah begitu sibuk menarikan tarian huruf dan siulan

Mendengar itu PENTING
sebab tidak ada cara berkomunikasi
antara 2 orang yang saling berteriak

Mendengar itu HARUS
sebab Tuhan menciptakan 2 telinga dan satu mulut
bukan 2 mulut dan satu telinga

Mendengar itu SEDERHANA
sebab tidak perlu gerak otot yang agresif
cukup duduk,tatap wajahnya, dan tunjukkan bahwa kamu tahu apa yang ia rasakan
tidak persis mengerti, tapi kamu paham kalau dia menangis
dan tidak ada pertanyaan:kenapa??

Mendengar itu MENYELAMATKAN
sebab ternyata kebanyakan orang yang mengakhiri hidupnya dalam kesedihan
rupanya memiliki impian sederhana untuk DIDENGAR

Jadi,dengarkan...
sejenak saja.
Mungkin hal sederhana ini,adalah penyelamat hidup seseorang yang entah

Mungkin saja kan?
Kamu tidak akan pernah tahu

Gambar diambil dari: http://davidbudinugroho.files.wordpress.com/2008/11/telinga.jpg

Mencari Spirit Penyembuh yang Hilang

Dokter, mungkin bukan sekedar profesi. Di masa lalu, dokter adalah dewa yang dihormati. Di masa kini, dokter tetap dewa. Tapi dewa yang dapat dipersalahkan, dapat dituntut, bhkn dijebloskan ke penjara saat melakukan kesalahan fatal: malpraktek

Patch Adams dalam bukunya yang juga berjudul Patch Adams, menyebutkan beberapa masalah kedokteran modern, diantaranya; terlalu kaku hingga anti humor, tidak mau menjalin kedekatan dengan pasien secara emosional, tidak ada tempat untuk basa-basi, menjadi dewa hingga berjarak dengan para staf di dunia kesehatan (perawat,staf administrasi,dll), terlalu dikhawatirkan dengan masalah penyakit dan malpraktik hingga menganggap pasien bukan lagi manusia, tapi hanya suatu atau kumpulan penyakit, mementingkan efisiensi dalam dunia jasa seperti mesin, uang diatas manusia, hingga sistem pendidikan kedokteran yang tidak mampu mencetak dokter yang bekerja dengan 'hati'.

"...tragisnya kami sebagai mahasiswa sedikit demi sedikit dicetak menjadi dokter yang menurut saya tidak berperikemanusiaan. Staf rumah sakit tidak dirancang untuk bekerja sama sebagai tim untuk menyembuhkan penyakit. Dokterlah yang dianggap tahu semua jawaban dan memerintah orang-orang di sekelilingnya,sering kali dengan kasar. Pemikiran semacam ini-dokter sebagai seorang pahlawan yang menyelamatkan pasien-MERUSAK karena menanamkan keyakinan, pada mahasiswa dan dokter, bahwa dokter memiliki smua jawaban. Tidak ada ruang untuk kerendahan hati atau kesalahan." (Patch Adams)

Lebih lanjut, Patch mengkritik sistem koas yang menurutnya tidak berperikemanusiaan. Serombongan orang berbaju putih menyerbu satu pasien yang ketakutan. Ssehingga dia menolak untuk melakukan kunjungan secara eksklusif, tapi memilih untuk mendekati pasien secara personal, dekat dengan mereka, hingga ke pijitan lembut sebagai bahasa kasih non verbal.

Saya tidak tahu bagaimana dunia koass di Indonesia. Juga dunia kedokteran yang sesungguhnya, karena status saya masih mahasiswa, tapi patch tahu. Dan jika memang dunia kesehatan telah berkembang begitu menyesakkan, mungkin perubahan memang diperlukan.

Patch memilih perubahan, tidak menunggu orang lain memulai untuknya. Maka didirikannya Gesundheit Institute, yang menyimpan semua harapan hidupnya akan sebuah hubungan kemitraan yang dibangun atas dasar persahabatan, kepercayaan, kegembiraan, hingga pengobatan holistik yang GRATIS! Dan untuk itu, Patch membayarkan seumur hidupnya. Untuk sebuah impian yang terlihat utopis,sebuah rumah sakit (mungkin lbh enak disebut hospital,rumah sakit berkesan negatif), yang dirintis dari tahun 1971 hingga 2009 ini dan belum selesai (38 tahun untuk sebuah impian!!!)

Patch, impian, dan bukunya sendiri adalah sebuah referensi yang bagus,teramat bagus untuk para dokter, mahasiswa kedokteran, dan masyarakat umum yang memimpikan sebuah pelayanan kesehatan yang berbasis hati. Kedekatan dokter dengan pasiennya yang lebih emosional, kunjugan penuh persahabatan.Terus terang, saya juga merindukannya...

Di Indonesia, adakah yang telah memulai mendobrak tembok ini???

Untuk menutup tulisan ini, saya quote kata2 Patch Adams, seorang dokter, badut, penghibur, dan pemimpi yang luar biasa:

"RAhasia hidup adalah memiliki suatu tugas, demi tugas itu kau curahkan seluruh hidupmu untuk mengerjakannya, demi tugas itu kau berikan segalanya, di setiap menit hidupmu sepanjang sisa hidupmu. Dan yang paling penting adalah, tugas itu adalah sesuatu yang TIDAK MUNGKIN Anda kerjakan" (Patch ADAMS)

*gambar dari: