Mengejar Bus (Bus), Girls Not Allowed!

"Cwek mendingan gak usah ikut!"

Deg... di tengah guyuran hujan hatiku langsung tertampar. Kata-kata itu, keluar dari lisan seorang aktivis dakwah kampus yang kebetulan seangkatan denganku, jelas, dia bukan cewek.

Ehem... sungguh, dinginnya hujan jadi tidak terlalu terasa. Dikalahkan oleh kemangkelan hati karena satu, dua kata: bias gender.

Sebenarnya, alasan kalimat ini bisa sampai terluncur sederhana. Jadi, dalam rangkaian acara Musyawarah Nasional Forum Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran se-Indonesia, ada acara City Tour. Rencananya, kami akan berkeliling kota Banda Aceh meliputi PLTD apung, kuburan massal, dan terakhir melihat sunset di lampuuk.

Nah, aku dan kakakku berangkat bersama dengan menggunakan motor. Awalnya ingin berangkat bareng peserta dan panitia yang lain dengan bus. Tapi karena jadwal karet, kami tertinggal bus.

Agenda pertama kami jadi: mengejar bus!

Dengan menggejot habis-habisan kecepatan motor, kami dapat mengejar si bus, tepat di depan mesjid Baiturrahman. Sehabis sujud syukur karena dengan kegilaan kami masih hidup, selanjutnya kami enjoy aja mengikuti kegiatan. Jalan-jalan dengan para peserta, foto-foto bareng, semua normal aja. Dengan setia, kami mengikuti bus itu dari belakang dengan motor.

Nah, di agenda terakhir, yaitu ke pantai Lampuuk, hujan mulai turun. Awalnya rintik-rintik, lalu menjadi semakin deras. Bulir-bulirnya seperti kerikil  padi yang tercurah dari langit.

"jadi gimana nih kak?!" teriakku dari depan. Apalagi kami memang tidak membawa mantel atau jas hujan.

"terus aja dek! kapan lagi jalan2 dalam hujan!"

"okee deh!"

Dengan otak yang udah miring karena tersiram air hujan, kami melaju di jalanan yang berkilap bagai minyak dengan kecepatan 80km/jam (atau kira2, soalnya speedometernya rusak. maklum, motor tua). Ketawa-ketawa, ceria, gembira. Gak peduli udah kuyup dari atas sampai bawah. Dari luar sampai dalam (tas maksudnya).

Nah, euforia kami itu rupanya gak berlangsung lama. Gak disangka, panitia ikhwan udah gerah ngelihat kami yang banyak tingkah. Awalnya dengan sabar mereka membututi motor kami dari belakang, lalu saat kami mulai memasuki jalan yang rusak menuju Lampuuk, hujan menjadi begitu deras. Yang terderas dari yang sudah-sudah.

Shiuuut... satu motor panitia ikhwan menyalib kami.

Santai, cuek aja.

Shiuut... yang kedua.

Kali ini seorang cowok yang duduk di belakang dengan perlindungan jas hujan berseru kepada kami (selanjutnya kita sebut dengan Cowok Patriakis dalam Hujan (CPH)). Meski dalam hujan, kata2 CPH jelas kutangkap.

 "Cwek mendingan gak usah ikut!"

Uffh...bias gender nih.

Finally, kami berbalik dan tidak meneruskan langkah motor. kenapa? bukan karena tersinggung oleh ucapan si CPH, tapi karena waktu sudah mendekati Ashar dan kami yakin akan sulit shalat dengan kondisi kuyup seperti ini di mesjid2.

Dan aku terus membawa kalimat ini dalam kepalaku.

Memangnya kenapa gak boleh?

karena cewek?

Kalau cewek terus kenapa?

Apa Allah dan RAsulnya melarang cewek bawa motor hujan2?

Apa yang salah dengan tindakan kami?

Rasanya, selama aku berkecimpung di dunia kampus, banyak nada minor seperti ini kedengaran.

"Cewek gak usah ikut aja deh!"

"Udah, serahin sama ikhwan aja."

"Kemarin kami yang cowoknya udah rapat duluan."

Anyway...

Yang jelas dalam lingkup pergaulanku, dan bukan hanya di kalangan kerohanian Islam saja, keterlibatan kaum hawa sering diminimalkan. Dianggap tidak urgen, tidak efektif...

Karena tidak penting?

Tidak begitu bermanfaat?

Atau memang tidak diperlukan?

Duh, percayalah para saudaraku,Allah punya alasan untuk menciptakan kami juga, tidak sekedar menciptakan Adam.

Berusahalah untuk membedakan, mana yang budaya, dan mana yang syariat Islam. Sebab yang merendahkan kaum hawa, adalah budaya, bukan Islam.

Islam hadir untuk membebaskan manusia dari kejahiliyahan.. Dan perempuan, juga.

Sekedar Sapa

Alhamdulillah...setelah sekian lama gak online, akhirnya aku bisa kembali bersillaturahmi dengan saudara2 di dunia maya.

Semoga Allah memberikan kekuatan dan kesabaran kepada kita semua, Amin...

Kenapa ade lama gak online?

Kalau dibilang gara2 komputer rusak, rasanya klise banget (kan ada warnet!)

Kalau dibilang sibuk, rasanya juga lebai banget (semua orang juga sibuk kok, kayak waktu 24 jam yang udah diberikan Allah gak cukup aja!)

Kalau dibilang malas, waduh, calon mujahidah kok males? 

Kalau dibilang: alasan! yah, entry blog ini memang dimaksudkan untuk itu...

Pa kabar saudara2ku?

How are You?

Kaifa Haluk?