Tersenyumlah Selamanya

Tersenyumlah selamanya...

Saat itu tangannya menggenggam tanganku. Sulit, sulit untuk melepasnya dalam keadaan seperti ini. Tapi aku mencintainya lillah. Jadi, kehilangan untuk yang lebih baik mungkin tidak mengapa.

Aku ingin menangis. sungguh, ingin. Tapi aku tidak menangis. Sebab bukankah kehilangannya tidak untuk selamanya?

Ah, sungguh tercekat kerongkonganku saat mengingatnya. Saat mengingat ia yang begitu sabar meladaniku curhat, wajah tenangnya selalu menentramkan hati. Ia yang tidak ingin dipanggil dengan gelar sahabat, sebab baginya persahabatan berarti memberi dengan sempurna, sedang ia merasa tidak mampu. Ia tetap ada, saat aku melabuhkan rasa lelahku. Meski aku lalai dari rasa lelahnya, dari sakitnya, ia tidak marah.

Ia yang selalu merasa bersalah terhadapku. Ia yang selalu menyebutku sahabat yang sempurna. Ia yang selalu menyanjungku, seolah aku adalah manusia yang teramat istimewa. Ia yang...

Aah..., berjuta embun, berjuta permintaan maaf, berjuta terima kasih.,.. ingin kuhadiahkan padanya. Sebab ia hadiah dari Allah, ketika aku merangkak dalam kesendirian dan perasaan tidak berharga sebagai manusia.

aku mencintainya, semoga ia juga. Aku berharap Allah akan mempertemukan kami kembali. pada suatu hari dan tempat yang entah. Kami dapat saling tersenyum, dan melihat cita-cita kami menjadi nyata.

Biiznillah...

(Ditulis untuk mengenang sahabatku Fauziah, di bumi manapun kau berada kini. I love u coz of Allah, ukhti)

0 comments: