Assalamu'alaikum sahabat
Ijinkan aku mengisahkan sebuah kisah,tapi kisah ini biarlah hanya milik kita
Para kaum perempuan, yang biasanya selalu saja menjadi objek dari kisah serupa
***
Aku mencintainya, dia?
"Aku mencintainya,sungguh!"
Kubiarkan ia menumpahkan tangis. Lama sekali isaknya baru berhenti. Setelah satu dua isaknya mulai mereda, ia menceritakan kisah sedihnya.
Ra namanya, gadis ini bukan tipikal gadis pada umumnya. Dia tegas, terkadang agak nyelekit, dan punya pembawaan agak galak. Tapi ia tak pernah kosong dari pernyataan cinta, pernyataan cinta yang akhirnya membawa luka mendalam, saat orang yang dia cintai...
"Meninggalkanku untuk cewek lain!"
"Dia mencoba menciumku, di kamarnya! setelah itu entah apa yang akan dia lakukan. aku langsung kabur!"
"De, aku gak tahan lagi, mau mati aja!"
Aaah...Luka. adakah luka yang sengaja dicicipi? Setelah lama, ia tetap menjadi seorang yang selalu mencicipi jamuan luka, entah sampai kapan.
***
Sayang, jangan lakukan itu ya
Gadis itu manis. Dan saat melihatnya menumbuhkan perasaan sayang. Dia seperti adik perempuan yang tidak pernah kumiliki, manja dan sangat haus perhatian. Terkadang kami sering jalan bareng, jajan ataupun berbicara dengan bising tentang aktivitas kuliah yang bejibun. Tidak sering, tapi ada.
"Re, makan es krim yuk!" ajakku satu ketika.
Ia menatapku, lalu sosok itu muncul,"Jangan, nanti kamu sakit!" katanya pada Re.
Aku menatap Re, menunggu jawaban darinya. Tapi seperti hari-hari biasa, Re hanya manut. hingga ia dan lelaki itu pulang beriringan.
Bukan cuma sekali ini, betapa sering kejadian serupa berulang.
"Sayang, nanti gak usah masuk ja. tuh, si Dian juga gak masuk."
"Ngapain kamu ngobrol ma dia?" saat Re berbincang dengan seorang kawan cowok.
"Mau kemana? Aku ikut." saat aku mengajak Re ke suatu tempat.
Dan lagi-lagi Re menurut. Selalu menurut.
Sungguh, aku saja lelah melihatnya. selalu ada laki2 itu dalam tiap hal yang akan Re lakukan. Melarangnya, memerintahnya...bukan menasihati, tapi itu sebuah komando. jelas bagiku, jelas bagi Re.
Padahal, siapa dia?
bukan orangtua, saudara, guru, suami, ataupun wali Re. Hanya seorang "teman dekat" yang merasa Re miliknya!
Sungguh, betapa memuakkan.
***
Maukah kau memaafkanku?
Aku sudah lama mengenalnya. Persahabatan kami seolah memakan waktu yang sangat panjang. Meski kami telah terpisahkan oleh jarak dan waktu, tapi dia tetap muncul di beranda pikiranku, dengan membawa satu nama yang sama: Frans.
"Pa kabar, Ri?"
Satu kalimat memicu sederetan paragraf. semua tentang Frans. yang selalu saja menyakitinya, putus sejenak, lalu pacaran dengan cewek lain. tentang Frans yang menjadikan dirinya laiknya cadangan,setelah putus lagi dengan pacarnya yang entah keberapa itu akan meminta maaf, lalu kembali padanya.
Ya, semua tentang Frans.
Kutarik nafasku, melonggarkan ruang yang terasa sesak.
Frans Frans Frans
"Mengapa kamu selalu kembali padanya, Ri?" kutanya ia
"Entahlah, tapi...aku merasa gak mungkin lepas darinya de."
"Mengapa kamu begitu mudah memaafkannya?"
"Mungkin gak semudah yang terlihat, tapi aku cinta sama dia."
Cinta cinta cinta
Duhai Allah, sudahkah Kau jadikan cinta itu begitu usang,
hingga bahkan kami harus menjadikan diri kami objek siksaan untuk sekedar mencintai?
***
Ini, bukanlah kisah tentang penindasan kaum laki2. Bukan juga kisah tentang ketertindasan kaum perempuan.
Tapi ini adalah kisah yang mengajak kita merenung, sudahkah cinta kita di jalan yang seharusnya? Jalan yang menjadikan kita berbahagia dalam kedamaian. Jalan yang membawa kita pada jalur ilahiyah.
tidak seperti cinta Ra, Ri, dan Re
Tapi cinta yang lebih indah di dunia ini
juga di akhirat, mungkin