Ingatlah untuk Pulang

Segenggam surga itu ternyata ada di bumi

begitu dekat, bahkan seolah menyatu dengan jiwa dan jalannya hidup sehingga sulit terlihat

Setidaknya, hari ini aku bisa melihat surga itu.

Setelah sekian lama hidup di jalur cepat, masuk kuliah jam8-organisasi-rapat ini itu hingga hampir maghrib-pulang ke rumah udah capek, aku baru bisa melihat banyak warna dari dekat.

Dari tempat terhangat di dunia, bernama rumah. dan dari orang-orang yang kucintai, keluargaku.

Ada adikku yang selalu tersenyum saat aku pulang dengan muka merengut, resah dari kampus karena dimarahi dosen, kendala yang kuhadapi dalam menyelesaikan tumpukan tugas yang sebenarnya tidak rumit, hanya diperumit, hilang saat melihat senyumannya.

Ada mama, yang selalu setia dengan masakannya yang lezat...terlezat sedunia! dan meski kesal karena aku selalu pulang sore (kadang2 juga agak cerewet), selalu siap dengan kehangatan dan nasehat bijaknya.

Ada kakak terbaik, teman curhat yang paling setia dengan rayuan gombalnya, saat aku kesal, marah, dan menangis.

Ada ayah yang selalu dapat menenangkan suasana.

Ada... ah,banyak.

Mungkin, orang mengatakan aku sebagai orang yang sempit hidupnya. Bahkan hingga kuliah tidak pernah jauh dari orang tua. SD di tempat dekat rumah, SMP juga, SMA agak jauh sedikit, satu kali naik kendaraan umum, dan fakultasku sekarang hanya berjarak 5 menit dari rumah. hidup yang statis, di lingkungan yang itu-itu saja dengan tetangga yang itu-itu saja. tidak pernah melihat dunia.

aku juga orang terakhir yang akan diajak nginap bareng untuk menyelesaikan tugas, mabit bareng, dan hal-hal yang membutuhkan mobilitas tinggi, aku adalah orang terakhir untuk dipilih.

Kenapa? yah, karena waktu keluarku limited banget. beda dengan anak kos yang punya waktu mobilitas yang seolah unlimited.

Tapi, dibalik semua hal: kesempitan hidup, keterbatasan waktu untuk melakukan banyak hal di luar rumah, larangan ini itu dari ortu... aku tetap merasakan sebuah keindahan saat berada di rumah. Dan kehangatan ini, membuatku tetap ingin tinggal di rumah. dan tentunya rumah yang kumaksud adalah tempat dimana anggota keluarga berkumpul, tempat yang meneduhkan dan melindungi di saat yang lain menyakiti. Tempat dimana Allah meletakkan sekeping kasih sayangnya...

Semestinya tiap manusia, sejauh apapun ia pergi. Ingat akan tempat kecil yang ditinggalkannya, yang bernama: rumah. karena meski dalam keadaan sesulit apapun, dorongan keluargalah yang paling dibutuhkan. keluarga, seberapa pun terlihat menyebalkan, penuh kekurangan (karena hubungan keluarga tidak dapat dipilih), namun tetap menyimpan kasih sayang dan stok bantuan di saat-saat sulit.

Sebagai manusia yang hidup di jalur cepat, akan ada banyak orang yang datang dan pergi dalam hidup, tapi tidak ada satupun, yang menyimpan cinta yang lebih kuat dari cinta ayah-ibu, dan saudara-saudara kita di rumah. jadi dimanapun kita berada, ingatlah :home sweet home.

Dan terutama, rindulah untuk tetap kembali.

0 comments: