Kematian itu Pasti

Pernahkah, sedetik saja, kita menemani kejernihan jiwa dengan menatapi kematian?
Membayangkan sebuah lubang yang dalam menganga
Gelap
Hening
Kosong
Tak ada teman, tak ada sahabat, hanya sunyi...

Saat itu semua amal tak berguna lagi, tak ada lagi manfaat dari usaha untuk shalat, puasa, bersedekah, berbuat baik, memperbaiki dunia...
Karena ini adalah hari hisab tanpa amal!

Pernahkah?
Sungguh, saat aku melihat kematian, maka kematian sesungguhnya tidak pernah berpaling dari sisi.
Hingga saatnya untuk benar-benar pergi.

Pernah, saat aku menatapi seonggok tubuh mati, tak bergerak di hadapanku, aku berpikir,
Kemana ia akan pergi?
Kemana tubuhnya yang selalu kuat membawanya kemana-mana, mulut yang dapat bergerak, tersenyum dan mengerut? kemana semua?

Sosok itu mungkin dulunya manusia terhormat, yang memiliki uang, anak, saudara, orang-orang yang mencintai dan mengaguminya.
Dan kini ia ditinggalkan, jauh... jauh...

Sunyi

Semua orang menjadi egois saat dihadapkan dengan kematian
Karena siapakah yang mampu mengelakkannya?
Bahkan dokter yang tiap hari menatapi kematian, tidak mampu menahan nyawa seorang pun, sekuat apapun ia berusaha.
Karena jiwa-jiwa yang pergi itu, memang memiliki pemilik...
Rabb

0 comments: