Terlalu mencintai, sehingga bersalah?

Telalu mencintai, hingga jadi bersalah? 

Ehmm...banyak kisah cinta di sekitar kita. Sebagian besar beraroma sufistik, penghambaan pada Illahi Rabbi. Yang jika diamati terlihat bercahaya, dan jika didekati memberikan wangian kasturi, wangian surga.

Ada juga kisah cinta yang indifferent, acuh tak acuh. Tapi cinta itu ada. Bersemi indah, tapi dalam rasa malu yang sangat. Dan ketakutan yang amat akan kehilangan cinta. Maka cinta itu hanya menjadi suatu kisah yang singkat.

Ada cinta yang menyakiti, cintanya manusia pengidap sadisme, cintanya orang masochist*, cinta yang obsesif, cinta yang posesif...semua bentuk dari cinta itu tidaklah selalu berbentuk jantung, seperti yang banyak disebutkan manusia dari jaman baheula, "I love you with all my heart." yang latah diartikan oleh orang Indonesia dengan "Aku mencintaimu sepenuh hatiku." Padahal heart ini jantung, bukan hati. TAPi biarlah kesalahan berbahasa ini tak udah terlalu saya ungkit

dan satu kisah yang memilukan datang dari memori masa lampau.

***

"De, aku mau mati aja."

aku terdiam,"Becanda ya Ndin?" *Note: bukan nama asli.

"Enggak ade, kemarin aku baru menelan obat penenang, 15 butir."

Kutatap matanya. Ada mata gadis yang menderita dalam cinta. Ada seseorang yang terlalu mencintai, hingga ia bahkan tega menyakiti dirinya, karena cinta yang tersia-sia."

"Alhamdulillah Allah masih memberiku kehidupan. Tapi..." Sinar wajahnya meredup,"Aku gak bisa melupakannya."

Dialog panjang kami masih berlangsung. SEmua khas hati yang patah. Ada tangis, kesenduan, kebimbangan, kehilangan arah.

"Ade, aku kapok pacaran. Ini untuk yang terakhir kalinya, titik!"

aku menatap matanya dalam-dalam. sambil menyimpan sebaris doa dalam hatiku untuknya.

Lalu, apa yang harus kukatakan saat perjumpaan terakhir kami yang entah, justru memberiku kabar tentang ia dan pacar barunya?

"Yang terakhir. Aku akan nikah sama dia." katanya mantap. Lagi-lagi aku menyimpan satu do'a.

Pernikahan itu tidak pernah terjadi.

Hingga saat ini, sudah lama aku tidak mendengar kabarnya. Aku bahkan tidak tahu, di bumi manakah ia sudah berada. Entah kenapa, tiba-tiba aku mengingatnya. Dan lagi-lagi, aku masih menyimpan doa untuknya. Tidak hanya satu, tapi beberapa.

Cinta apakah yang dimilikinya?

Entahlah, aku hanya berharap, ia tidak akan pernah kehilangan cinta sejati yang semestinya bisa dimilikinya. Hingga saat itu tiba, biarlah aku tetap menuliskan tentang cinta itu dan menyimpan banyak doa untuk Andin, dan sejuta sahabat2 ku, dimanapun mereka berada.

Agar cinta, tetap menyentuh mereka dalam kebahagiaan yang hakiki.

Endless...

Selamanya...

0 comments: