hari ini, aku bertanya: sudah sejauh mana perjalananku?
Jujur, terkadang aku lelah. lelah menjadi orang yang selalu dipandang baik, lelah menjadi orang yang selalu dilihat lekat oleh orang lain,"Gak pernah marah ya? bisa marah?"
Lelah.
Aku tidak selalu baik. juga bukan tipe orang yang mau pura-pura baik. aku selalu tampil apa adanya. atau setidaknya selalu berusaha
Tapi terkadang aku lelah.
Aku lelah tersenyum, lelah bersikap positif, lelah menebar kebaikan
Terkadang, aku kembali tergoda untuk bersikap radikal, revolusioner, pemberontak.
Di dunia dakwah kampus, aku tergolong manusia pemberontak.
bukan dengan kata-kata memang, aku tidak menyebutkan pemberontakanku dengan apa yang dapat kuucapkan, keterusterangan.
Tapi aku muak pada tingkah laku orang yang menjual simbol. bukan jenggot, jilbab lebar hingga menutupi betis, atau bahkan kata salam yang menjadikan kita muslim sejati, manusia sejati.padahal hijab itu hanya dipakai di dalam mushalla, sisanya berterbangan dalam kalimat menggoda, tawa, dan kemesraan berselimut.
membatasi aktifitas, menutupi diri dari ilmu lain,"Baca apaan tuh! mendingan baca Al-Qur'an."
That's right, tapi tepatkah tindakan menutupi diri dalam mencari ilmu? Bhkan Hudzaifah bertanya tentang keburukan disaat sahabat lain bertanya ttng kebaikan.
Ahhhh,....
bukankah ukuran keshalihan adalah ukuran Allah? Pembeda yang didapatkan bukan dengan mencari nama di mata manusia. bukan dengan ukuran itu.
aku salut, respek dengan orang-orang yang melabeli dirinya sendiri 'brengsek',bangsat, dan tidak mau dianggap baik, karena label 'baik' itu menjadi beban, berhala bagi diri sendiri.
aku tidak mau dianggap baik
aku/ana/gue/saya adalah manusia biasa
bahkan saat aku lelah, aku ingin jadi manusia
"De, kamu baik banget ya."
StOP IT!
aku tidak perlu itu, bahkan tindakan menjudge itu,"ngapain gabung di CIMSA? anak2nya aneh gitu."
yeah, i see.
But the fact, i seek for a real human, and i believe, they are everywhere. Manusia malaikat itu tidak hanya terkurung di tembok-tembok mesjid. mereka bisa ada di manapun.bahkan di warung kopi, tempat penjagalan, bahkan di sudut jalan tempat manusia makan manusia untuk hidup.bahkan di CIMSA sekalipun.
Aku selalu percaya itu.
Karena aku telah melihat beberapa diantaranya. Dan mereka, tidak mengurung kebaikannya di tembok mesjid, dan melempar kejahatannya di luar tembok untuk dikenakan kembali saat perlu. Tapi mereka menemukan itu dalam diri mereka, dan melemparnya ke sekeliling mereka, hingga menemukan fitrah yang sesungguhnya.
"Bengu lo."
It's better for me, setidaknya, tidak perlu berpura2 positif.
Gw bengu, selesai kan?
0 comments:
Post a Comment