My 1st Embryo

Suatu hal yang remeh, bisa jadi sangat penting

Begitu juga sebaliknya. Sesuatu yang penting, bisa jadi jg sangat remeh.

Lalu,apa yang hilang dari kita?
mungkin kerja keras,mungkin juga usaha. Seringkali, memantik ide untuk timbul,tumbuh,dan berkembang itu sulit. Kreatifitas datang dan pergi secepat pelari lomba maraton

Oke, lupakan bualan saya.
Saya hanya ingin menceritakan sebuah kisah yang remeh. Sangat remeh sebetulnya. Jadi,jika anda sedang kebelet dan ingin cepat-cepat menuntaskan membaca, saran saya segera tutup halaman ini dan pergi ke WC. Karena setelah membaca bagian remeh temeh ini, anda akan menyesal mengabaikan suara jeritan usus dan rektum atau kandung kemih anda. Sia-sia membuang-buang waktu demi membaca bab remeh temeh seperti ini. mengerti? (coba hitung berapa kali saya mengucapkan kata remeh temeh).

Saya sedang memikirkan orang yang sama, dengan orang yang 5 tahun lalu saya pikirkan. Seorang laki-laki, ya... Dia seorang laki-laki.
dia hidup dalam kabut dan mungkin akan kembali pada kabut.

Entahlah, saya tidak ingin menduga-duga.

*sigh

Saya memikirkannya, karena saya ingin membiarkannya pergi.

Siapa dia? telah 5 tahun membuat saya berdiri di sini menunggu.
Dia adalah orang yang membuat warna biru laut jadi membosankan, harumnya udara pagi menjadi hambar, dan rasa selai blueberry tidak lagi lezat.
dia selalu saja beku, diam, dan tidak percaya pada seorang pun, bahkan Tuhan.
tidak saya, tidak seorang pun yang mampu menyelami hatinya.

Tiap kali, tiap hari dalam 5 tahun saya mencoba berhenti memikirkannya.
Berhenti mereka-reka warna rambutnya, mata gelapnya yang tidak bercahaya, bibirnya yang bertindik, dan air wajahnya yang bagai danau, tenang tak beriak.
Juga kehidupannya yang tanpa cinta, penolakannya pada Tuhan dan kehidupan, kekejaman dan kesepiannya...
Saya mencoba membayangkan senyumnya, dan akhirnya, saya tetap memikirkannya.

Sudah 5 tahun. bukan waktu yang singkat untuk seseorang.

Karena itu... Kali ini saya ingin membiarkannya pergi bersama angin, melangkah mengikuti pudarnya pelangi bakda gerimis.
Saya lelah mereka-reka tentang dia, lelah memaksa dia tetap hidup dalam memori.
Saya ingin melangkah lagi, tanpa laki-laki tak bernama itu.

Saya ingin menghilangkan semua memori tentang dia, semua kisah hidupnya. Dan membiarkan kenangan tentangnya terbang menuju entah tak berujung.
Salahkah???

Bahkan dia tidak pernah hidup dalam dunia yang saya tinggali.
Tapi dia hidup dalam dunia yang saya kenal.
Dan saya telah lelah, memaksa dia untuk tetap hidup.
biarlah berlalu...
Kesalahan bukan padanya, tapi pada saya. Seorang penulis yang tidak mampu melanjutkan hidupnya, dan tidak mampu menyelesaikan kisahnya.

Lima tahun ini telah saya lalui untuk membayangkan dia hidup,
rugikah saya? Lagi2: entahlah...
saya tidak pernah menyesalinya.

Mengapa harus menyesal?
Toh dia tidak akan pernah benar-benar mati.
Dia akan mati suri, hingga seorang penulis yang lebih berani dari saya, membangkitkan kembali kenangan tentangnya

Tentang seorang lelaki tak bernama dan tak berhati
(Bahkan saya tidak mampu memberinya sebuah nama)

*untuk embrio pertama: terima kasih telah menjadi bagian dari hidupku selama ini. Sekarang, tidurlah kembali...

0 comments: