Intermezzo SMA part I

Pada akhirnya, kita semua berubah.


Ya, kenapa kita harus berubah? Sebab hidup memastikan bahwa kita semua akan berubah. Mulai dari proses anak-anak, menjadi dewasa,lalu beruban. Al-Mu'minun sudah kutelusuri, dan kepastikan bahwa berubah itu pasti! Harus!

Maka seperti laiknya seekor ulat, aku bermetamorfosis menjadi kuda. Lho? Salah salah... Maaf. Maksudku menjadi gorila. Sudah benar kan?

Yang jelas,aku berubah. Waktu bayi, sering ngompol. Setelahnya, ngompol sekali-kali. Setelah 5 tahun, kadang-kadang. Setelah 70 tahun nanti, mungkin kadang-kadang juga.

Yang kuingat dari masa SMAku adalah masa-masa terburuk. Tanpa tujuan, tanpa tahu apa yang harus kulakukan.
Tidak punya cita-cita. Mungkin hanya hidup untuk jadi pemanjat kelapa. Pasang muka sendu tiap mau ulangan, tidur di barisan paling belakang, dan kabur dari kelas tiap pergantian jam. Tragis! Tragis!

Siapa sangka anak bermuka sepolos aku bisa sejahat itu?
Kupikir hidupku tidak akan berubah hingga aku jadi pemulung kelak.

Hingga suatu hari, suatu waktu, saat kertas ulangan fisika dibagikan, nilaiku saat itu... Jreng jreng.... 100!!

Nah, bukan itu yang buat syok atawa kaget. Tapi kalimat guru setelahnya, "Kamu gak nyontek kan?" Tanyanya memastikan. Jreng jreng lagi!

"Nyontek? Enggak Bu!!" Guru itu manggut-manggut, entah percaya atau ngantuk mendengar alasan ngeles yang pastinya udah sering didengarnya itu.

Maka aku duduk, dan menyobek2 kertas ulangan itu, sebagai tanda protes atas pelanggaran hak asasiku sebagai anak jahat.
Semua temanku melongo.

Aku cuek, ngorok.

Bersambung...


0 comments: