JIka aku datang,maka Lihatlah aku,Tuhan

Aku tidak bisa hidup jika tidak punya Tuhan. Aku tidak bisa hidup tanpa Tuhanku. Hampa, sepi… aku hanya ingin bersama Tuhan. Hanya ingin melihat wajah Tuhanku yang indah. Jika aku tidak bertemu dengan Tuhanku di kehidupan nanti, lebih baik aku tidak usah tercipta. Lebih baik aku menjelma batu dan tumbujhan saja. Hidupku adalah untuk menemui Tuhan. Aku bertanya-tanya, dimana Tuhanku berada? Mengapa aku tidak dapat menemukanNya? Aku mencarinya di sela-sela keramaian pagi, kegaduhan malam, sunyi bar dan bioskop, dan kekacauan di mesjid, gereja, dan klenteng-klenteng. Aku terus mencari Tuhanku. Kapan? Kapan aku bisa menemuiNya? Rindu… begitu rindu. Aku rindu Tuhan. Begitu ingin bertemu. Merasakan kehangatan pelukanNya. Betapa ingin menggenggam tanganNya yang suci dan mulia. Dan merasakan semua keindahan di bumi yang begitu tidak berarti dibanding cahaya Nya. Aku memang tidak pantas untuk Tuhanku. Ia begitu suci, sedang aku begitu hina dan kotorr. Aku takut aku tidak pantas untuk menemuiNya. Bahkan aku tidak pantas untuk mengintip cahayaNya dengan penglihatan hinaku. Aku tidak ingin Tuhan berpaling saat melihatku. Aku tidak ingin Ia membenciku. Aku ingin Ia mencintaiku. Ia melihatku diantara kerumunan hamba-hambanya. Ia melihatku saja. Hanya aku saja. Tapi ini mimpi. Impian yang begitu hina. Jasadku bahkan tidak akan disentuh oleh anjing kurapan saking hina dinanya. Lantas, bagaimana Tuhan akan melihatku kelak? Aku hanya berangan-angan. Yang kelak akan Ia lihat hanyalah para nabi dan rasul, ulama-ulama, dan para orang-orang salih. Ia akan memanggil mereka dengan penuh cinta kasih, dan meninggalkan aku, hambaNya yang hina bersama deretan pendurhaka lainnya. Aku tidak ingin surga. Yang aku inginkan hanya kepastian bahwa Ia tidak akan memalingkan wajahNya yang indah dariku. Yang aku inginkan hanya kebahagiaanNya melihat pengabdianku. Yang aku inginkan hanya melihatNya tertawa saat aku mengorbankan hidupku dengan menjual darahku di jalan perjuangan. Hanya itu yang aku inginkan. Aku tidak takut neraka. Karena neraka bagiku adalah saat Ia melemparkan semua amalku ke mukaku di hadapan manusia dengan segenap kemurkaan. Neraka bagiku adalah saat Ia menolak bicara dan menatapku di Yaumil Masyar nanti. Itulah nerakaku. Ampunkanlah aku… Tuhan, aku bukan Rabiah Sang Sufi yang begitu mencintaiMu. Aku juga bukan Umar Al-Faruq yang begitu takut padaMu Aku bahkan bukan Namrudz yang tergerak sesaat hatinya oleh hidayah, lalu ia menolaknya karena kesombongan. Tuhan, satu-satunya harapan untukku melihat segenap keindahanMu kelak hanyalah kasih sayangMu semata. Betapa aku egois Duhai Tuhan… Aku meminta kepadamu semua keegoisanku Namun aku tidak pernah benar-benar memikirkanMu Aku ingin bahagia sendiri Tuhan Meski aku tahu aku tidak akan bisa Tuhan, Kau telah meminjamkan kekuasaanMu padaku Meski aku tidak pernah mengerti Tuhan… Aku bicara padaMu Kau selalu mendengarnya Tapi lagi-lagi aku tidak mengerti Tuhan… Jangan biarkan aku seperti Musa di Thursina Yang memintaMu menunjukkan diriMu Karena aku bukan Musa Aku tidak pernah sempurna sebagai seorang hamba Tuhan… Aku mencariMu selama ini… Dia antara selipan daun dan tetesan hujan Birunya langit dan gelapnya mendung Tapi aku malah tidak mengerti bahwa Kau lebih dekat dari urat leher. Tuhan… Maukah Kau bicara padaku? Meski hanya dalam hati Lalu berilah aku cahaya Untuk mendengar suaraMu Tuhan… Aku memperlakukanMu seolah-olah aku punya Tuhan selain Engkau Padahal Engkau adalah Tuhan Yang Esa Namun Kau tetap memperlakukan aku seolah tiada hamba selain aku Tuhan… Jangan biarkan aku mencariMu lagi Aku telah menemukanMu Jika aku mencariMu lagi Aku takut kembali kehilanganMu Bolehkah aku berbicara denganMu Tuhan? Bolehkah aku beristirahat dalam pelukanMu? Aku tidak punya tempat bersandar yang nyaman, Tuhan Lalu aku sadar, Bahwa hanya PadaMu aku dapat menemukan kehangatan Dan hanya dalam genggamanMu aku dapat beristirahat Tuhan… Jika waktuku tiba Maukah kau menerimaku? Meski aku tidak pantas… Ijinkanlah aku… Duhai Tuhan…

0 comments: