Tentang perang, hidup, cinta, dan perdamaian

Mungkin orang-orang yang membaca sebait tulisanku ini akan bertanya-tanya. Mengapa dalam judul yang kutulis ini terdapat kata-kata yang berlawanan dengan kata ‘life, peace, dan love’ yaitu ‘war’? karena 4 kata itulah hakikat hidup dan penyebab masalah dan romantika hidup manusia. Life adalah apa yang sedang kita jalani sekarang. Hutan rimba yang dipenuhi keganasan, bukan hutan dengan singa bijaksana, kancil cerdik, ataupun buaya yang bodoh. Semua dongeng tersebut sudah berakhir, jadi lupakanlah! Hutan belantara yang kita tinggali ini dipenuhi singa yang rakus, serigala yang culas, dan ular yang licik. Segala sesuatu yg membuat perasaan tidak nyaman, tapi jangan dipikirkan! Karena disinilah hutan kita, kerajaan kita! Peace adalah perdamaian, jika menurut bahasa kita, para orang awam. Apa itu perdamaian, jika menurut para ‘ahli’, perdamaian adalah saat yang tepat untuk menguras isi perut lawan. Bukan begitu? Mau bukti? Longoklah ke sekeliling kita! Ada pejanjian antara Palestina dan Israel yang disebut ‘pedamaian’. Dimana itu berarti kesempatan bukan? Untuk menggerogoti ‘daging’ Palestina, mengoyak jantungnya dan memakannya seperti perayaan sekelompok kanibal ketika menyantap buruannya. Okay, mungkin terlalu naif jika saya mengatakan hal ini, karena saya tak lebih dari seorang penonton. Penonton yang setia menunggu sinetron kesayangannya yang tayang tiap hari. Lucu sekali! Ketika kita menyadari bahwa mata hati kita telah musnah, kita hanya dapat tertawa dan memperolok-oloknya. Love, what does ‘love’ mean? Apakah cinta itu adalah kata yang yang selalu dan selalu didengungkan oleh ratusan putra-putri bangsa, dengan berjuta makna, sehingga mulut harus berbuih-buih mengucapkannya? Ataukah cinta itu sebenarnya tidak punya makna? Terlalu membingungkanh jika hanya saya sendiri yang berpusing-pusing memikirkan. Karena itu, mari! Mari kita mencari jawabannya bersama-sama tentang cinta. Mengenai definisi cinta itu sendiri, saya pernah mendengar syair menarik. “Aku ingin mencintaimu dengan sedehana Seperti kata yang tak pernah terucap Dari kayu pada api yang menjadikannya abu” Yang terakhir adalah ‘war’ atau perang. Perang itu sendiri adalah refleksi dari keangkuhan dan arogansi manusia. Sekaligus alat ampuh pemusnah peradaban, moral dan kemanusiaan. Saya tidak mengatakan bahwa perang itu adalah arena pelenyap nyawa manusia. Mengapa? Karena perang adalah menyangkut tujuan yang telah tersebut dan mungkin penguasaan adalah tujuan yang paling akhir. Mengapa? Karena arogansi lahir dari egoisme dan keirihatian manusia. Yang tidak senang pada kebahagiaan dan senyuman .Memusnahkan peradaban manusia tidak hanya melalui perang fisik saja. Namun perang pemikiran adalah jalan terampuh lainnya. Perusakan moral juga akibat negatif dari perang. Perang selalu menimbulkan luka dan efek traumatis yang berat. Perang hanya perusak kemanusiaan seseorang. Pencabik kebahagiaan anak-anak, mencabik senyum matahari mereka, pengoyak jalinan kasih. So, untuk apa ada perang? Manusia mengajukan beribu alasan untu berperang. Namun tak ada satupun alasan masuk akal dan logis yang dapat mereka ajukan. Karena untuk kekerasan dan arogansi, tak pernah ada penyelesaian, kecuali dari diri manusia itu sendiri. Jangan pernah (bagi anda yang membaca catatan kecil ini) menanyakan pada saya kapan 4 kata ini akan terasa membosankan dan hanya menjadi penghuni keranjang sampah? Jangan tanyakan pada saya. Karena sayapun takkan pernah tahu. Wallahu a’lam *Tulisan ini telah dimuat di rubrik opini harian aceh dengan judul "My Feeling about Life, Peace, Love, and War"

0 comments: